1 Feb 2010

OLAHRAGA BERLEBIHAN MEMPERBESAR JANTUNG

KOMPAS.com
— Agar olahraga
bisa jadi bagian dari GAYA
HIDUP, hendaknya kita lebih
dulu bertanya pada diri
sendiri. Apa yang akan dicapai
dari olahraga? Olahraga
hendaknya tidak membebani
dan membuat tubuh sakit.
"Keesokan hari setelah
latihan, apakah kita merasa
loyo atau segar? Jika segar,
berarti latihan kita sudah
tepat. Harus dikaji ulang jika
olahraga bikin tubuh kita
sakit," kata Dr Michael
Triangto, SpKO, ahli
kedokteran olahraga.
Sah-sah saja jika orang
berolahraga untuk mengejar
kesenangan dan kemenangan.
"Harus ditentukan sejak awal
tujuan berolahraga. Apakah
untuk senang-senang atau
sehat? Kalau untuk sehat
memang kelihatannya
membosankan dibandingkan
dengan kesenangan saat
berlari dan memukul bola
sekencang-kencangnya.
Semua tentu ada
konsekuensinya, termasuk
risiko badan sakit dan
cedera," kata Dr Michael.
Agar aman, sebaiknya kita
melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum memulai
olahraga. Jika tak ada dokter
ahli olahraga, Dr Michael
menyarankan membuat daftar
cek sendiri untuk menilai
kondisi.
"Tanyakan pada diri sendiri,
apakah jalan kaki setengah
jam tidak bikin badan
kepayahan. Kalau tidak payah
boleh ditambah sedikit.
Olahraga itu jangan membuat
tubuh kepayahan agar tidak
membebani jantung," tuturnya.
Dr Michael mengingatkan
bahaya olahraga untuk fun
dan prestasi bukan hanya
cedera otot. "Ada risiko
pembesaran jantung karena
latihan yang terlalu berat. Ini
kondisi yang biasa dijumpai
pada sejumlah atlet
profesional," kata dokter yang
terlibat di pelatnas bulu
tangkis ini. Tidak sedikit atlet
bulu tangkis andalan Indonesia
punya masalah ini.
Perbesaran jantung bisa
terjadi pada latihan beban
yang berlebihan. "Latihan
beban yang aman itu
seharusnya membuang napas
saat mengangkat beban agar
jantung tidak membesar," kata
Dr Michael. Menahan napas
saat mengangkat beban justru
membuat udara tidak bisa
keluar dari jantung. Ini yang
membuat jantung membesar.
Latihan berat secara fisiologis
bisa membuat jantung menjadi
besar. Pembesaran ini tidak
memberikan gejala atau
keluhan tertentu. "Pada saat
masih aktif olahraga,
pembesaran jantung ini tidak
mendatangkan masalah.
Masalah baru ada bila kelak
berhenti berolahraga.
Konsekuensinya harus terus
berolahraga. Jika tidak,
jantung yang besar ini seperti
rumah kosong tak
berpenghuni," ungkapnya.
(GHS/diy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kepada pembaca yang budiman khususnya kepada para alim ulama,bilamana dalam artikel2 ini ada kekeliruan mohon petunjuk dan bimbingannya terima kasih.